Tujuan Kami Membuat Blog Ini Semata Untuk Beramal Dan Bersedekah Dengan Cara Dan Sistem Yang Baru. Anda Hanya Mengunjungi Blog Ini. Dan Klik Iklan Yang Ada Di Blog Ini Dan Unduh Dan Download Software Dan Segala Sesuatu Yang Berhubungan Dengan Islam Dan Seluk-Beluk. Semua Hasil Donasi Dan Infak Dari Klik Iklan Dan Pendapatan Dari Download 100% Buat Amal Dan Sedekah di pondok pesantren darul qur'an

Membelakangi AI-Quran, Masalah Besar  

Jumat, 16 Desember 2011


Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad lewat Malaikat Jibril sebagai pedoman utama ummat Islam. Di dalamnya terdapat petunjuk terbaik bagr manusia untuk mengarungi kehidupan ini. Manakala manusia mau mengaji dan mengambil manfaatdi dalam AI Qur’an. ia sungguh amat beruntung. Sedangkan yang membelakangi Al Qur’an, niscaya la akan menjadi golongan yang merugi.
Betapa Al Qur’an akan menjadi pembela bisa memberi syafaat kepada pembaca dan yang mengamalkannya di hari kiamat kelak. Sungguh Al Qur’an akan mengangkat derajat suatu kaum, dan dengan Al Qur’an pula derajat suatu kaum akan dihinakan. Menjadi kewajihan bagi ummat Islam untuk mengangkat Al-Qur’an sebagai landasan utama dalam mengamalkan Islam di samping berpedoman pula kepada Hadits Nabi Muhammad. Mengimani seluruh isi Al Qur’an hukumnya wajib. sedang mengingkari satu bagian dari ayat Al Qu’ran saja hukumnya murtad alias keluar dan Islam. Jadi iman kepada seluruh ayat A1-Qur’an itu mutlak wajibnya. Dan keimanan itu harus dibuktikan dengan amal. Sedang membaca AI-Qur’an itu sendiri nilainya adalah ibadah.
Keluhan nabi terhadap pembangkang AI Qur'an
Meskipun kedudukan A1 Qur’an itu demikian tingginya dalam Islam, namun belum tentu orang yang mengaku dirinya Muslim mau memperhatikan kitab sucinya itu. Padahal tidak memperhatikan kitab suci Al-Quran itu bukan masalah kecil, namun merupakan masalah besar Sehingga Nabi Muhammad pun mengeluhkan akan ada diantara kaumnya yang tidak memperhatikan Al-Quran: bahkan keluhan Nabi itu langsung difirmankan oleh Allah
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu yang tidak diperhatikan (Qs. A1-Furqon ayat 30). Siapakah yang rasa cinta kasihnya kepada ummatnya melebihi Nabi Muhammad yang berdo'a untuk ummatnya sampai menangis, hingga Allah mengutus Malaikat Jibril agar menanyakan kenapa Nabi Muhammad menangis? Nabi lah yang sangat mencintai ummatnya. Dalam Hadits Shahih Muslim diriwayatkan:
Dari Abdullah bin Amru bin Ash bahwa Nabi membaca Firman Allah `Azza Wa Jalla dalam (hal perkataan) Nabi Ibrahim: " Ya Tuhanku sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Qs. Ibrahim :36).
Dan berkata Isa "Jika Engkau ,menyiksa mereka. maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. AI ¬Maaidah: 118). Lalu Nabi Muhammad mengangkat kedua tangannya dan berkata. "Ya Allah, ummatku ummatku " dan beliau menangis. Maka Allah `Azza Wa Jalla berfirman. Hai Jibril temuilah Muhammad, sedang Tuhanmu lebih mengetahui, lalu tanyalah dia: apa yang menjadikan kamu menangis? Lalu Jibril mendatangi Nabi dan menanyainya. Maka Rasulullah memberi khabar pada-Nya dengan apa yang telah Nabi katakan, sedang Dia mengetahui. Lalu Allah berfirman: Hai Jibril. temuilah muhammad, lalu katakanlah padanya: Sesungguhnya Aku akan meridhoimu dalam ummatmu dan Aku tidak wenjadikanmu sedih." (HR Muslim)
Imam An-Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim mengemukakan bahwa sikap Nabi itu adalah merupakan kasih sayang Nabi sempurnanya terhadap ummatnya dan perhatiannya terhadap kemaslahatan mereka, dan konsennya terhadap urusan ummatnya.
Lebih dari itu, siapakah yang lebih berperasaan kasih sayang terhadap seluruh manusia melebihi Nab] Muhammad yang menganjurkan:
"Sayangilah orang yang di bumi niscaya kamu akan disayangi oleh (Allah) Yang di langit ". (Hadits Riwayat At-Tirmidzi. Hasan Shohih, dalam syarah Jami’ut Tirmidzi-Tuhfatul Ahwadzi- nomor 1930)
Menurut kebiasaan manusia yang berperasaan mencintai. tingkah laku orang yang dicintai selalu dipandang baik, dibela dan kalau ada kesalahan diusahakan untuk dimaafkan dengan berbagai jalan Kebiasaan ini pun dialami oleh Nabi Muhammad hingga betapa besar semangat Nabi agar kerabatnya yang dihormati masuk Islam. Karena bersemangatnya itu, sesuai dengan rasa cintanya, karena memang kerabatnya ini (Abu Thalib paman nabi) membela Nabi dalam hal penyiaran Islam. namun Allah menegurnya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang dikehendak-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Qs. Al-Qoshosh : 56).
Tebalnya rasa kasih sayang Nabi Muhammad yang tiada bandingannya itu ternyata masih dikalahkan oleh hati kerabatnya itu sendiri (Abu Thalib, paman Nabi & yang memang tidak mau masuk Islam Demikian pula kasih sayang Nabi masih dikalahkan oleh perbuatan kaumnya yang menjadikan Nabi sampai mengeluh kepada Allah, lantaran kaumnya membelakangi Al-¬Quran, tidak menggubris Al-Quran. Sebenarnya, sikap kaum yang membelakangi AI-Quran itu keterlaluan. Betapa tidak. Rasa kasih sayang, bahkan kesabaran Nabi Muhammad bisa disimak dan sikapnya ketika dalam perang IJhud beliau berdarah wajahnya, dan beliau mengusap darah di wajahnya itu sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa) kaumku karena sesungguh-nya mereka tidak mengetahui ". (HR AI-Bukhari dan Muslim). Sikap tidak menggubris Al-Quran, membelakangi, berpaling dan ayat-ayat Allah itu sama sekali bukan kejahatan yang ringan dan mengaduhnya Nabi atas sikap kaumnya yang tak menghiraukan Al-Quran itu, bukan berarti menunjukan keputusasaan beliau. Tidak. Namun, sikap kaum yang membelakangi Al-Quran itulah yang tak tahu diri. Terbukti, Nabi tidak dipersalahkan mengaduh seperti itu. Bahkan Allah sendiri mengecam keras terhadap orang-orang yang membelakangi Al-Quran atau berpaling dari Al-Quran, dengan firmanNya, yang artinya: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat¬-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanva dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? " (QS .AL-¬Kahfi : 57)
5 Golongan yang membelakangi AI-Quran
Sikap mengabaikan Al-Quran yang sangat dikecam itu jelas disebut oleh Nabi Muhammad sendiri dilakukan oleh kaumnya. Kaumnya itu bukanlah hanya bangsa Arab, bukan hanya bangsa Quraisy, namun adalah kaum yang ada ketika Nabi Muhammad didiutus dan sesudah itu.
Lantas, siapakah mereka yang termasuk jelas-jelas berpredikat menjadikan Al-Quran dibelakang punggungnya itu? Menurut Ibnu Qoyim ada 5 jenis atau 5 macam orang yang termasuk berpaling dari AI-Qur’an.
Lima macam orang yang membelakangi Al¬Quran itu, menurut Ibnu Qoyim adalah:
- Berpaling dari mendengarkan dan mengimani Al-Quran
- Berpaling dari mengamalkan A1-Quran walaupun membaca dan mengimaninya.
- Berpaling dari menegakkan dan menggunakan hukumnya.
- Berpaling dari mengkaji dan memahami artinya.
- Berpaling dan berobat dan mengobati orang lain dengan Al Quran dalam seluruh penyakit hati. (Lihat Tafsir Mahaasmut Ta’wil 12/575).
Setelah kita mendapatkan penjelasan ayat-¬ayat Allah seperti ini. apakah kita melupakannya lagi seperti yang telah diperingatkan Allah tersebut?
Kita tahu, bahwa Allah memberikan tuntunan kepada manusia adalah demi kebahagiaan manusia itu sendiri di dunia dan akherat. Dan kita tahu. Allah adalah Rouufur Rahiem, Maha kasih sayang yang amat savang. hingga kepada umat Islam diberi petunjuk-petunjuk komplit, sampai model pakaian untuk muslimah. misalnva. itupun dengan sikap dan sifat kasih sayangNya Allah masih “sudi” menunjuki, lewat Al-Quran Maka pantas kalau Nabi Muhammad mengeluh dengan sangat menyayangkan sikap sebagian kaumnya yang berpaling dari Al-Quran, dan Allah pun menyebut kaum macam itu sebagai terlalu zhalim. Dalam bahasa pergaulan manusia sehari-hari disebut “disayangi tapi malah tak tahu diri” Lebih-lebih kalau sampai berani mencari-cari alasan untuk membenarkan sikap berpalingnya itu. Sikap semacam itu lebih dahsyat lagi hingga Allah mengemukakan pertanyaan yang cukup dahayat pula, yang artinya: "Katakanlah (kepada rnereka): "Apakah kamu akan mengajari Allah tentang agamamu (keyakinanmu) padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa Yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Qs. Al-Hujurat : 16).
Usaha mengikis dan menambah cinta kepada Qur’an
Sikap berpaling clan Al-Quran yang telah dikeluhkan oleh Nabi dan dikecam oleh Allah itu, bisa dikikis dengan berbagai usaha. Nan jauh di desa-desa pelosok, sana, betapa banyak masjid, musholla dan langgar yang setiap malamnya untuk bertadarrus di bulan Ramadhan. Semangat mereka tetap tinggi, walau lampu-¬lampu yang menerangi kadang-kadang sangat sederhana, bahkan minyaknya pun tersendat-sendat. Sudahkah kita menyumbangkan sesuatu untuk mereka? Kitab-Kitab Mushaf Al-Quran yang mereka baca pun sudah rusak. Sudahkah kita pikirkan?. Sebaliknya di masjid-masjid kota yang cukup terang benderang dan banyak berjajar kitab Al-Qurannya, tekunkah kita membaca Al-Quran dan ber’iktikaf di masjid-masjid itu” Dan di balik itu, anak-anak kita serba kita manjakan, apa saja kemauannya kita turuti. Sudahkah kata didik mereka itu secara benar-benar tentang Al-Quran?
Mungkin, seribu pertanyaan akan ditujukan pada kita, dalam saringan: apakah kita termasuk golongan orang-orang yang membelakangi Al-Quran tersebut atau tidak Termasuk penyokong, pendukung bahkan pelopor yang membelakangi Al-Quran atau tidak. Dan seberapa usaha kita untuk mengikis sikap membelakangi Al-Quran itu. Semuanya akan dimulai. Dan AI-Quran pun menjadi saksi di akherat nanti Itulah yang perlu kita sadari sejak kini. Sekecil apapun usaha kita dalam interaksi kita dengan Al Qur’an akan menjadi tabungan amal kebaikan kita di hari kiamat kelak. Insya Allah, Allah pasti akan membalasnva.
Semoga kita bisa semakin mencintai AI-Quran dan menjadikannya sebagai pedoman hidup kita. Mereka Yang membelakangi Al Qur’an akan hidup terhina baik di dunia dan akhiratnya. Untuk itu. mari kita biasakan membaca kalam Allah tersebut, memahami artinya, mengamalkannya dan mengajarkannya. Bukankah sebaik-baik dan kita adalah yang mau belajar dan mengajarkannya. Mudah-mudahan kita, keluarga kita, dan ummat Islam pada umumnya terhindar dari golongan orang¬-orang dzalim yang berpaling dari AI-Quran itu.Amien.
Sumber Pustaka : Buletin Dakwah Jum'at Al Husna (Membina Umat Menuju Jalan Mardhotillah)

AddThis Social Bookmark Button


Design by Amanda @ Blogger Buster